Saat Badut Patah Hati
Badut adalah seseorang yang merias wajahnya dengan make-up lucu dan menggemaskan, menghibur anak-anak dan menebar keceriaan. setiap aksinya selalu memberikan kebahagiaan bagi siapapun yang melihatnya, terutama anak-anak yang suka dengan badut.
Tapi pernahkah kamu bertanya bagaimana kondisi psikologis sang Badut itu sendiri? Pura-pura atau beneran bahagia agar bisa membahagiakan anak-anak?
Sepengalamanku memerankan peran badut itu sangat sulit, harus menciptakan kebahagiaan untuk diri sendiri, lalu barulah bisa membahagiakan orang lain.
Aku pernah berada di posisi patah hati, lalu beberapa kali diajak menghibur anak-anak dengan memakai kostum badut. namun ternyata aku belum siap untuk menjadi badut, alasannya karena hatinya telah patah. butuh waktu dan terapi yang serius untuk menyembuhkannya. Setiap orang pasti punya caranya masing-masing untuk menyembuhkan lukanya, ada yang healing, makan bakso, atau menyambut orang baru. tapi tidak denganku, aku berusaha melakukan yang orang lakukan untuk menyembuhkan luka. namun hasilnya nihil, selalu dipatahkan oleh kenangan saat bersamanya dulu.
Hingga suatu ketika aku bertemu sang mentor, bercerita tentang kisahku kepadanya. namun alih-alih mendapatkan jawaban, malah diberikan sebuah pertanyaan
"Dunia tak akan selamanya berpihak padamu. Jika bukan kamu yang menciptakan senyuman sendiri, lalu bagaimana kamu bisa menghibur anak-anak?" Kata Mentor.
Dari pertanyaan tersebut aku berpikir bahwa kebahagiaan orang banyak lebih penting daripada hatiku yang terluka, pura-pura bahagia menghibur orang lain hingga akhirnya aku menemukan kembali senyuman yang lama hilang terpancar diwajahku.
Terima kasih untuk semua orang yang sudah menguatkan, mari bersama menghibur anak-anak Indonesia.
Bagaimana pendapatmu?
Komentar
Posting Komentar