Aldi, Menghibur anak-anak pasca bencana dengan kostum badut


Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor
nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Undang-undang Nomor 24
Tahun 2007).
Menurut M. Sulfan Reza dalam “Bencana Alam dan Dampak Psikologisnya pada Kehidupan
Manusia” (2007), peristiwa bencana alam memang dapat mengganggu kondisi psikologis
seseorang karena mengancam keselamatan jiwa dan menyebabkan hilangnya mata pencaharian.
Ketidakseimbangan kondisi psikologis tersebut, nampak dari gejala-gejala seperti syok, mimpi
buruk, sulit konsentrasi, cemas, waspada secara berlebihan, dan perasaan tidak aman. Selain itu,
penyintas juga bisa mengalami kesedihan mendalam, merasa hampa serta rak berdata, dan
enggan bergaul. Gejala-gejala tersebut merupakan gangguan psikis yang tidak bisa dibiarkan
berlarut-larut. Para penyintas harus dibantu supaya pulih kesehatan mentalnya.
Lebih lanjut, M. Sulfan Reza menjelaskan bahwa ada kelompok masyarakat yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam penanganan dampak psikologis bencana. Kelompok tersebut adalah lansia, anak-anak, perempuan, dan penyandang disabilitas. Anak-anak
membutuhkan perhatian lebih karena mereka belum memiliki kemampuan untuk mengartikulasikan perasaan.

Pada tanggal 22 Desember 2018, gunung Anak Krakatau mengalami rangkaian letusan dengan tinggi 300-1500 di atas puncak kawah dan mencatatkan gempa tremor terus menerus.
Letusan yang terjadi pada pukul 21:03 WIB, yang teramati secara visual maupun terdeteksi oleh alat pencatat kegempaan tektonik, menimbulkan peristiwa luar biasa berupa longsoran tubuh
gunung yang masuk ke laut dan mengakibatkan tsunami di beberapa pantai barat Banten dan selatan Lampung. Di Banten sendiri, daerah yang terdampak adalah wilayah Sumur, Tanjung Lesung, Ujung Kulon, Tanjung Jaya, Labuan, dan Carita.

Saat terjadi bencana di Labuan dan sekitarnya, grup whatsapp ramai dengan kabar bencana itu. Salah satunya grup relawan bencana, seorang relawan mengabarkan bahwa banyak anak-anak yang menangis pasca bencana. Cerita mereka membuat hati Aldi Reihan tergerak untuk memulihkan tawa anak-anak. Aldi Reihan merupakan mahasiswa Bimbingan Konseling Islam di UIN SMH Banten.

Satu hari pasca bencana, di sebuah warung nasi yang bernama kedai nasi balap. Obrolan serius Aldi dan teman-teman tentang apa yang bisa Mereka lakukan untuk membantu anak-anak memulihkan psikologis pasca bencana?
Lalu aldi membayangkan karakter lucu, ya ialah badut. Badut adalah seorang penghibur yang memoles wajahnya dengan bedak tebal dan berpakaian
aneh, serta fasih memperagakan mimik-mimik lucu.

 aldi berinisiatif mencari orang yang jual kostum badut di Jakarta dan berhasil memberi sebuah kostum badut yang lucu dan peralatan sulap untuk menghibur anak-Anak.
.
Pada hari Selasa, Tanggal 25 Desember Tahun 2018 pukul 08.00 Aldi dan teman-teman melakukan asesmen ke salah satu posko yang ada di labuan, tujuan dari asesmen ini untuk mengetahui kondisi anak-anak di Posko itu.

Sore harinya, kami kembali ke posko itu dengan membawa kostum badut, anak-anak banyak yang senang atas kehadiran si badut. Untuk pertama kalinya Aldi jadi Badut, ada rasa gugup dan takut untuk menghibur.

Rasa gugup dan takut itu hilang ketika melihat senyum dan tawa anak-anak karena melihat saya memakai kostum badut.

Sejak saat itu saya dijuluki badut penghibur anak-anak penyintas tsunami.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Profil ReliQ

Bercerita dengan menggunakan media buku dan boneka di TBM Awan

2 Tahun Fino Badut Berbagi Keceriaan, Jadikan Momentum untuk Berkolaborasi