Kisah Cintaku di Kampus
Hani adalah seorang perempuan yang lemah lembut, baik dan ramah senyum.
Aku dan Hani belum lama kenal, sekitar seminggu yang lalu kami bertemu dalam sebuah kegiatan kerelawanan. Bagiku pertemuan pertama dengannya sungguh indah, yang selalu kuingat adalah senyum lesung pipinya. Aku pun langsung meminta foto bareng dengannya agar punya Moment indah pertemuan pertama.
"Mba, boleh minta foto bareng denganmu?"
"Jangan panggil mba, kita seumuran kok"
"Oh iya? Perkenalkan namaku aldi. Nama kamu siapa?"
"Namaku Hani, Aku sering liat kamu di kampus. Kamu pernah nyalon presiden mahasiswa kan?"
Aku merasa senang mendengar pertanyaan itu . Ternyata namaku sudah dikenal olehnya, setidaknya ia tau kalo aku pernah nyalon presiden mahasiswa.
"Kemarin aku gagal jadi presiden mahasiswa, tapi kali ini aku gak akan gagal untuk mendapatkan hatimu Hani"
Aku mulai mengeluarkan jurus jituku, yaitu memberikan pujian pada pandangan pertama kepada perempuan. Harapannya ia merespon baik pujianku.
Jujur Aku mulai jatuh cinta pada pandangan pertama, senyumannya selalu teringat dipikiranku. Kuharap ia bisa menggantikan sosok mantan yang telah lama berpisah.
Gombalanku ternyata tak direspon baik, Ia langsung bergegas pulang, bahkan aku tak sempat meminta nomor handphonenya, tapi aku yakin suatu saat kami akan bertemu kembali.
Hari-hariku terasa berbeda, setiap bangun pagi yang ku ingat adalah senyumannya.
Seminggu kemudian, kamu pun dipertemukan dengan dia lagi. Kali ini aku tidak mau gagal, aku ingin langsung mengungkapkan isi hatiku. saat aku bertemu dan tak sengaja berpapasan. Namun badan ini gemetaran, dan tiba-tiba Gengsi untuk bilang cinta, akhirnya kami hanya berdebat tak ada artinya. Mementingkan ego masing-masing, tak pernah satu tujuan. Hinga suatu malam kami pun bertemu di sebuah jalan.
"Hani, kamu mau pulang kemana?"
"Aku pulang ke asrama, tapi ngga ada ojek dan angkutan umum"
"Ikut denganku saja, kebetulan kita searah jalannya"
Di perjalanan pulang, aku mulai membuka obrolan dengan kata maaf atas semua perdebatan. Aku pun berkata jujur kepadanya bahwa aku mencintainya sejak pandangan pertama.
"Hani, maafkan aku. Maaf jika selalu berdebat denganmu"
"Gapapa di, aku yang salah kok. Salah mementingkan egoku"
"Ini yang aku suka dari kamu, kamu selalu merendah"
"Suka?"
Ia merasa heran dan kaget mendengar perkataanku.
Perkataannya yang tak bisa di rem, aku mengucapkan suka kepadanya. Akhirnya ku teruskan untuk menembaknya.
"Iya Hani, aku suka padamu sejak pandangan pertama. Apakah kamu juga suka denganku?" Tanyaku dengan nada pelan.
Tiba-tiba dering panggilan ponselnya yang keras membuat obrolanku terhenti, aku tidak tahu siapa yang menelponnya. Tetapi ia langsung reject panggilan itu dan memintaku untuk berhenti di warung kopi.
"Di, besok bisa antar ke Pandeglang? Rencananya aku mau sebar undangan"
"Hah...? Sebar undangan? Kamu mau nikah?
Mendengar jawaban itu aku langsung kaget, seakan tubuhku tertusuk puluhan pisau yang tajam.
[Bersambung]
Pesan yang terkandung
Proses Kisah cinta ini akan menjadi kenangan tersendiri dalam hidupku. Aku bersyukur dengan hal tersebut, jadi bisa mengetahui dan lebih hati-hati dalam memilih perempuan. Mendung belum tentu hujan, begitu pun dekat belum tentu Jadian.
Bucin haha
BalasHapusYaampppoooonnnn ckckckk
BalasHapusDuh semudah itukah jatuh cinta, pelajaranya yg ku baca, jangan mudah jatuh cinta,
BalasHapus